Masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut World Health Organization (WHO), masa remaja berkisar antara umur 10-19 tahun, sementara menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.25 Tahun 2014, remaja adalah penduduk yang berusia 10-18 tahun. Dalam fase ini, individu mulai berusaha untuk menemukan jati diri masing-masing. Selain itu, individu juga melakukan eksplorasi dan penyesuaian terhadap lingkungannya. Dalam proses penyesuaian tersebut, tidak jarang seorang remaja mendapatkan “tuntutan” kurang rasional dari lingkungannya. Perkembangan media sosial juga turut memperparah kondisi tersebut dan menyebabkan remaja rentan terkena gangguan mental. Salah satu gangguan mental yang rentan menyerang remaja yaitu social anxiety disorder atau gangguan kecemasan sosial. Remaja yang mengalami gangguan tersebut membutuhkan layanan psikologi profesional, yaitu dengan mengunjungi psikolog remaja terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
Social Anxiety Disorder: Lebih Dari Sekadar Perasaan Malu
Perasaan malu merupakan emosi wajar yang ada di setiap diri manusia, baik anak-anak, remaja, ataupun dewasa. Namun, social anxiety disorder lebih dari sekadar perasaan malu yang melingkupi seseorang. Social anxiety disorder adalah gangguan di mana seseorang mengalami perasaan terlalu takut bahwa orang lain memperhatikan atau mengawasi individu tersebut. Gangguan tersebut termasuk dalam jenis gangguan kecemasan dan dalam konteks ini cemas jika orang-orang sekitar akan menghina, menghakimi, atau menjauhi penderita karena kegiatan yang ia lakukan. Sampai saat ini belum diketahui secara jelas mengenai penyebab terjadinya gangguan kecemasan sosial tersebut, tetapi terdapat dua pendapat yang mungkin terjadi, yaitu misinterpretasi perilaku seseorang dan kemampuan sosial yang rendah.
Gejala-Gejala Social Anxiety Disorder
Seseorang yang menderita gangguan kecemasan sosial biasanya mengalami gejala-gejala sebagai berikut jika harus berhadapan dengan orang-orang di sekitarnya.
1. Gejala fisik, seperti keringat bercucuran, tubuh bergetar, detak jantung meningkat, atau pikiran terasa kosong
2. Mual atau muncul rasa kurang nyaman pada perut
3. Postur tubuh menjadi kaku, sedikit melakukan kontak mata, dan berbicara dengan suara yang sangat pelan
4. Merasa sangat ketakutan dan berpikir bahwa orang lain akan menghakimi mereka
5. Menjauhi tempat-tempat di mana banyak orang berkumpul
Baca juga: PersonalityTalk
Penanganan Social Anxiety Disorder Pada Remaja
Seorang remaja yang menderita social anxiety disorder dapat mengunjungi psikolog remaja terdekat untuk mengatasi gejala-gejala yang ada. Biasanya, psikolog akan melakukan psikoterapi terhadap pasien berbentuk Cognitive Behavioral Therapy (CBT). CBT mengajarkan pasien untuk berpikir, berperilaku, dan bereaksi dengan cara yang berbeda dalam menghadapi situasi yang ada. Selain itu, psikolog akan memberikan rekomendasi untuk mengunjungi psikiater jika ternyata pasien memerlukan obat-obatan pendukung.
Social Anxiety Disorder bukanlah penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Bantuan profesional kejiwaan dari tenagah ahli seperti psikolog dan psikiater dapat membantu penderita mengatasi gejala yang ada sehingga dapat berinteraksi secara normal dengan lingkungan di sekitarnya. Selain itu, lingkungan terdekat seperti keluarga dan teman mampu mempercepat proses pemulihan penderita dari gangguan mental social anxiety disorder.