Polemik Sertifikasi Dai: Sertifikat dan Syiar Agama

Polemik Sertifikasi Dai: Sertifikat dan Syiar AgamaRencana Kemenag untuk menyelenggarakan program dai bersertifikat menuai kontroversi. Beberapa Pihak merasa bahwa upaya sertifikasi itu penting dalam menentukan kapasitas dan kelayakan, serta pelibatan para da’i secara nasional. Sedangkan pihak yang menolak berpendapat bahwa program tersebut diduga sebagai upaya untuk membungkam para penceramah yang mengkritik pemerintah. sehingga, inilah yang menyebabkan berbagai Polemik Sertifikasi Dai. Bagaimana kelanjutannya? Yuk, simak artikel berikut selengkapnya.

Polemik Sertifikasi Dai

Usulan sertifikasi dai bukanlah topik baru mengingat berbagai kemampuan dai yang akhirnya bermasalah di masyarakat. Beberapa dari mereka telah salah menafsirkan tema-tema agama yang mereka protes di depan umum, dari pengkhotbah yang salah menafsirkan sebuah ayat hingga mereka yang menuntut kembali ke sistem khilafah atau menganggap negara ini sebagai taghut.

Sebelumnya, Kementerian Agama telah menginisiasi program sertifikasi khatib dan menerbitkan daftar 200 dai bersertifikat. Namun kontroversi muncul karena beberapa dai populer yang sering tampil di televisi atau memiliki jutaan akun media sosial tidak masuk dalam daftar tersebut. Publik mempertanyakan mekanisme sertifikasi sehingga akhirnya ditelan bumi.

Baca juga Pelatihan Online Bersertifikat Memperkaya Skill

Kemenag sendiri tidak menyampaikan secara rinci bagaimana program ini akan ditangani, seperti bagaimana standarisasi seorang dai memenuhi persyaratan; bagaimana program pemantauan dilakukan untuk memastikan bahwa suatu dai tetap mengikuti standar yang telah ditetapkan atau berbagai aspek teknis lainnya yang akan mempengaruhi kredibilitas sertifikasi di masa depan.

Pendapat Dari nu.or.id

Sertifikasi sebagai standar adalah hal yang umum. Misalnya, di lingkungan media, ada sertifikasi jurnalis yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu kelompok muda, menengah, dan senior. Masing-masing dari mereka memiliki kualifikasi tertentu, semakin tinggi levelnya, semakin sulit untuk menjangkau mereka. Siapa pun yang tiba di panggung utama sudah sangat kompeten. Ada kode etik yang harus di patuhi oleh mereka yang sudah memiliki sertifikat.

Pelanggaran terhadap ketentuan dapat mengakibatkan pencabutan sertifikat. Beberapa bidang lain juga memiliki kualifikasi standar bahwa seseorang telah memenuhi persyaratan minimum keterampilan tertentu seperti akuntansi dan keuangan, kesehatan, konstruksi, hukum, pendidikan, dan lain-lain. Oleh karena itu, pengguna jasa dapat memastikan bahwa orang tersebut kompeten. Tentu saja, itu juga berlaku pada sertifikasi dai, yang mana mereka menjadi tiang dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam di nusantara.

Demikian penjelasan tentang polemik sertifikasi dai. Di era pandemi saat ini, kita melihat banyak dai online. Jika kamu ingin berpraktik sebagai pendakwah di dunia digital, kamu bisa belajar dengan Campus Digital. Mengapa? Karena kami dapat membantu Anda mengembangkan layanan digital untuk membiasakan diri dengan konten online. Yuk, gabung sekarang!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *