Duck Syndrome: Fenomena Umum Dewasa Muda

Para dewasa muda yang mengalami duck syndrome kadangkala perlu mencari bantuan psikolog dewasa terdekat untuk mengatasi gejala yang ada

Dalam kehidupan bermasyarakat, segala sesuatu yang terlihat dari luar belum tentu sama dengan apa yang sebenarnya terjadi. Orang-orang yang terlihat tenang dan tidak memiliki masalah bisa saja berusaha mati-matian untuk bertahan menghadapi tantangan hidupnya. Kadangkala, mereka sengaja menyembunyikan hal tersebut dari orang lain dan memilih untuk memasang topeng bahagia mereka. Hal tersebut cukup lazim terjadi pada orang dewasa, terutama dewasa muda. Banyaknya tuntutan yang menyertai kehidupan seringkali membuat banyak orang akhirnya memilih untuk memendam, alih-alih mencari bantuan dari psikolog dewasa terdekat. Dalam perkembangan ilmu psikologi, terdapat istilah duck syndrome untuk menyebut fenomena tersebut. Lalu, apa saja gejala duck syndrome dan bagaimana cara mengatasinya? Simak artikel ini sampai akhir, ya.

Duck Syndrome, Kaum Dewasa Muda, dan Psikolog Dewasa: Tiga Simpul yang Terkait Erat

Istilah duck syndrome atau sindrom bebek pertama kali digunakan di Stanford University untuk menggambarkan problematika mahasiswa yang berada di sana. Istilah tersebut mengambil analogi bebek yang tengah berenang dan terlihat tenang, padahal sebenarnya kaki bebek tersebut berusaha untuk membuat badannya tetap mengapung di air. Hal tersebut serupa dengan yang terjadi pada kaum dewasa, terutama dewasa muda, di mana mereka terlihat baik-baik saja, sedangkan ia berusaha sekuat tenaga untuk bertahan menghadapi segala tuntutan, baik tuntutan akademis, sosial, atau ekspektasi lainnya. Walaupun terlihat sepele, duck syndrome yang tidak mendapat penanganan lebih lanjut dapat mengarah pada gangguan mental yang lebih parah. Oleh karena itu, para penderita duck syndrome perlu mengunjungi psikolog dewasa terdekat untuk mengatasi gejala tersebut.

Penyebab Duck Syndrome

Di dalam bidang ilmu psikologi, duck syndrome belum dinyatakan sebagai gangguan mental. Beberapa kelompok yang sering terkena duck syndrome yaitu siswa, mahasiswa, atau pekerja muda. Duck syndrome sendiri terjadi karena beberapa faktor sebagai berikut.

a. Ekspektasi terlalu tinggi dari pihak keluarga, teman, atau lingkungan sosial lainnya.
b. Tuntutan akademik seseorang
c. Sifat perfeksionis
d. Pengalaman traumatis di masa lalu
e. Pengaruh dari media sosial, yang membuat seseorang merasa hidupnya lebih buruk dari hidup orang lain.

Baca juga: Psikolog- PersonalityTalk

Gejala-Gejala Duck Syndrome

Setelah mengetahui beberapa penyebab terjadinya duck syndrome, hal lain yang tidak kalah penting adalah gejala-gejala yang menandakan seseorang terkena duck syndrome. Walaupun gejala duck syndrome hampir mirip dengan gangguan mental lainnya, terdapat beberapa perbedaan yang mendasar. Para penderita duck syndrome umumnya mengalami kecemasan, rasa gugup dan tertekan, tetapi mereka berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Selain itu, mereka sering membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain dan merasa kehidupan orang lain jauh lebih baik. Gejala lainnya yaitu munculnya perasaan bahwa orang lain selalu mengamati kehidupan mereka sehingga mereka akan berusaha untuk selalu tampil maksimal.

Cara mengatasi gejala duck syndrome

Duck Syndrome dapat menyerang siapa saja dan kapan saja. Tekanan karena persaingan yang berat atau faktor-faktor lain seperti penjelasan di atas dapat menyebabkan bahkan memperparah gejala tersebut. Selain mengunjungi psikolog, penderita duck syndrome dapat menerapkan tips-tips berikut untuk menghindarkan diri dari peluang terkena duck syndrome.

1. Sadari bahwa setiap manusia punya kelebihan, kekurangan, dan tujuan hidup masing-masing.
2. Kurangi penggunaan media sosial untuk menghindarkan diri dari pembandingan diri dan orang lain secara berlebihan.
3. Sediakan waktu untuk me time supaya merasa lebih rileks.
4. Kenali kelebihan dan kekurangan diri supaya tidak perlu tertekan dengan pencapaian orang lain.
5. Jauhi gaya hidup tidak sehat, seperti konsumsi alkohol secara berlebih atau merokok.

Duck Syndrome memang bukanlah salah satu jenis dari gangguan mental, tetapi bukan berarti layak untuk disepelekan. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mencari pertolongan kepada para profesional, ya!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *