Merasa sangat takut ditinggalkan oleh orang tersayang? Sangat menyayangi pasangan, tetapi kadang malah mengata-ngatai orang tersebut dengan sangat kasar? Atau, kedua perilaku tersebut bercampur dengan rasa ingin bunuh diri yang tinggi? Apabila kamu mengalami hal-hal di atas, besar kemungkinan bahwa kamu mengidap gangguan mental Borderline Personality Disorder (BPD). Gangguan mental BPD adalah keadaan di mana penderita khawatir orang-orang akan meninggalkannya, tetapi di saat yang bersamaan mereka tidak bisa mengontrol amarah mereka kepada orang tercinta. Penderita juga mengalami mood swing dan memandang sesuatu hanya berdasarkan dua kutub saja, yaitu baik dan buruk. Hal tersebut tentunya menimbulkan kesulitan bagi si penderita dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Penderita BPD dapat mengurangi gejala-gejala mereka dengan bantuan ahli kejiwaan, seperti mengunjungi praktek dokter psikolog terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Penyebab dan Gejala-Gejala Borderline Personality Disorder (BPD)
Seseorang dapat mengidap gangguan mental BPD karena beberapa faktor, seperti genetik, ketidaknormalan otak, atau pengalaman buruk di masa lalu. Penderita mulai mengalami gejala pada usia dewasa muda, kemudian dapat membaik seiring berjalannya waktu. Melansir dari Mayo Clinic, berikut merupakan gejala-gejala BPD secara lebih detail.
1. Perubahan terlalu cepat dalam hal identitas diri, yang meliputi perubahan tujuan dan nilai-nilai hidup
2. Berperilaku impulsif, seperti berjudi, mengemudi secara ceroboh, melakukan seks tanpa pengaman, atau penggunaan obat-obatan terlarang
3. Mengancam akan bunuh diri atau melukai diri sendiri sebagai respons terhadap rasa takut berpisah dengan pasangan atau diabaikan
4. Merasakan amarah yang intens, seperti sering kehilangan kendali emosi, berperilaku sarkas, atau berkelahi
5. Merasa “kosong” secara berkelanjutan
6. Mengalami paranoia karena stres dan kehilangan kontak dengan realitas selama beberapa menit hingga beberapa jam
7. Sulit mempercayai orang, yang biasanya disertai dengan perasaan takut tidak rasional terhadap maksud seseorang
Baca juga: Bingung Pandemi?? Yuk Lakukan Kegiatan Produktif Ini
Penanganan dan Terapi Penderita BPD
Tidak semua penderita BPD mengalami gejala-gejala di atas. Meskipun begitu, penderita BPD tetap memerlukan bantuan secara psikologis untuk dapat mengatasi gejala apapun yang muncul. Berdasarkan informasi dari situs resmi National Institute of Mental Health, berikut merupakan jenis-jenis terapi yang dapat membantu penderita BPD mengurangi tingkat keparahan gejala yang mereka rasakan.
1. Psikoterapi
Terapis dapat mengadakan terapi secara personal atau dalam kelompok. Sesi terapi kelompok dapat mengajarkan penderita BPD untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengekspresikan diri mereka. Terdapat dua jenis psikoterapi untuk penderita BPD, yaitu sebagai berikut.
a. Dialectical Behavior Therapy (DBT)
DBT menerapkan konsep mindfulness dan penerimaan (acceptance) terhadap situasi dan kondisi emosional apapun yang tengah dirasakan oleh penderita BPD. DBT mengajarkan penderita untuk mengontrol emosi, mengurangi perilaku melukai diri sendiri, serta memperbaiki hubungan dengan orang-orang sekitar.
b. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
CBT membantu penderita BPD untuk mengidentifikasi dan mengubah pandangan atau perilaku penderita dalam memandang diri mereka dan orang lain. CBT dapat membantu mengurangi gejala mood dan kecemasan. Selain itu, CBT juga dapat menurunkan kuantitas perilaku kecenderungan bunuh diri atau melukai diri sendiri.
2. Obat-obatan
Penderita BPD dapat mengonsumsi obat-obatan jika mereka mengalami mood swings, depresi, atau masalah mental lainnya.
Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah bahwa penderita BPD dapat sembuh secara total. Namun, penderita dapat melakukan terapi, seperti mengunjungi praktek dokter psikolog terdekat sehingga dapat mengurangi gejala yang ada.
