Dalam akuntansi manajemen terdapat sebuah metode penentuan harga, salah satunya adalah metode full costing. Apa sih metode full costing itu?
Apa itu Metode Full Costing?
Full costing adalah metode akuntansi untuk menentukan biaya end-to-end lengkap untuk memproduksi produk atau jasa. Nama lain dari metode ini adalah metode “biaya penuh” atau “biaya penyerapan”. Full costing Ini memperhitungkan semua biaya overhead langsung, tetap, dan variabel.

Selanjutnya, keuntungan dari full costing adalah kepatuhan dengan aturan pelaporan dan transparansi yang lebih besar. Sedangkan unruk kelemahannya adalah potensi profitabilitas miring dalam laporan keuangan dan kesulitan menentukan variasi biaya pada tingkat produksi yang berbeda.
Saat menggunakan metode full costing, pembebanan semua biaya overhead langsung, tetap, dan variabel ke dalam produk akhir. Biaya langsung atau direct cost adalah biaya yang berhubungan langsung dengan proses produksi mencakup upah staf, biaya bahan bahan baku, dan biaya overhead.
Biaya tetap termasuk biaya overhead tetap, seperti gaji dan sewa gedung, yang tetap sama, terlepas dari perusahaan menjual seberapa banyak. Sebuah perusahaan harus membayar sewa kantor dan upahnya setiap bulan, meskipun tidak menghasilkan apa-apa.
Biaya overhead variabel adalah biaya tidak langsung dari operasi bisnis yang berfluktuasi dengan aktivitas manufaktur. Misalnya, ketika output meningkat, dapat memperkerjakan staf tambahan untuk membantu. Skenario ini akan mengakibatkan perusahaan menelan biaya overhead variabel yang lebih tinggi.
Dalam akuntansi penetapan biaya penuh, berbagai pengeluaran ini bergerak bersama produk (atau layanan) melalui akun persediaan sampai produk tersebut dijual. Laporan laba rugi kemudian akan mengakui ini sebagai beban di bawah harga pokok penjualan (HPP).
Kelebihan dan Kekurangan Full Costing
Kelebihan
1. Sesuai Dengan Aturan Pelaporan
Salah satu manfaat terbesar dari full costing adalah sesuai dengan GAAP. Bahkan jika sebuah perusahaan memutuskan untuk menggunakan biaya variabel in-house, mewajibkan untuk menggunakan biaya penuh dalam setiap penerbitan laporan keuangan eksternal. memperhitungkan semua biaya overhead langsung, tetap, dan variabel. Perusahaan juga bisa menggunakan metode penetapan biaya penuh untuk menghitung dan mengajukan pajaknya.
2. Akun untuk Semua Biaya Produksi
Anjak dalam semua biaya memberikan investor dan manajemen gambaran lengkap tentang berapa biaya perusahaan untuk memproduksi produknya. Menetapkan total biaya per unit membantu bisnis untuk menentukan harga yang sesuai untuk barang dan jasa.
3. Lebih Mudah Melacak Keuntungan
Penetapan biaya penuh menyajikan gagasan profitabilitas yang lebih akurat daripada penetapan biaya variabel jika perusahaan tidak menjual semua produk selama periode akuntansi yang sama saat produksi. Ini bisa menjadi sangat penting bagi perusahaan yang meningkatkan produksi jauh sebelum peningkatan penjualan musiman.
Kekurangan
1. Sulit untuk Membandingkan Lini Produk
Penetapan biaya penuh juga memiliki beberapa kelemahan. Misalnya, dengan mempertimbangkan semua biaya, termasuk yang tidak terkait langsung dengan produksi, mungkin akan membuat manajemen sedikit lebih sulit untuk membandingkan profitabilitas lini produk yang berbeda.
2. Dampak Upaya Peningkatan Efisiensi Operasional
Tim manajemen yang menggunakan penetapan biaya penuh juga akan merasa lebih sulit untuk menjalankan analisis biaya-volume-laba (CVP) atau BEP. Penggunaan CVP atau BEP itu untuk menentukan perusahaan harus memproduksi dan menjual berapa banyak produk untuk mencapai titik profitabilitas, dan meningkatkan efisiensi operasional. Jika biaya tetap merupakan bagian yang sangat besar dari total biaya produksi, sulit untuk menentukan variasi biaya yang terjadi pada tingkat produksi yang berbeda.
3. Dapat Membalikkan Keuntungan
Kelemahan utama lain dari penetapan biaya penuh adalah bahwa hal itu berpotensi menyesatkan investor. Biaya tetap tidak dikurangkan dari pendapatan kecuali semua produk manufaktur perusahaan dijual, artinya tingkat keuntungan perusahaan dapat terlihat lebih baik daripada yang sebenarnya selama periode akuntansi tertentu.
Perbedaan Full Costing dan Variable Costing
Perbedaan utama terletak pada perlakuan biaya overhead pabrik tetap, seperti gaji dan sewa gedung.
Perusahaan yang menggunakan biaya variabel memisahkan biaya operasi ini dari biaya produksi. Singkatnya, mereka berusaha untuk menetapkan biaya yang dikeluarkan selama proses manufaktur, terlepas dari biaya sehari-hari menjalankan bisnis.
Berdasarkan metode penetapan biaya variabel, pembebanan biaya overhead pabrik tetap itu selama periode terjadinya atau periode tertentu. Sebaliknya, pendekatan penetapan biaya penuh mengakui biaya overhead pabrik tetap sebagai beban ketika barang atau jasa dijual. Memilih satu metode di atas yang lain dapat memiliki efek yang cukup besar pada pelaporan laporan keuangan.
Sumber: Investopedia